KAFIRKAH SANG PENJAGA GEREJA.?

KAFIRKAH SANG PENJAGA GEREJA.
Bismillah.
Assalamu alaikum warohmatullahi wabarokatuh.
Oom swasti astu. Salam sejahtera bagi kita semua,Shalom,Namo Buddhya, salam kebajikan, salam kerukunan.
Segala puji dan syukur kepada Allah, Tuhan semesta Alam, Karena Dialah yang telah menciptakan dunia beserta isinya dengan berbagai macam perbedaan. Dengan adanya perbedaan itulah kita mampu menikmati keindahan dan begitu asyiknya dalam memberikan sebuah penilaian.

Sungguh keindahan yang menawan bagi pelangi dengan perbedaan warna yang dimilikinya namun perbedaan warna itu tetap selalu berdampingan. Untunglah para warna pelangi tak pernah cekcok tentang posisi, atau tentang perbedaan warna yang dimilikinya, saya tidak dapat membayangkan jika warna pelangi setiap hari cekcok dan merubah warna serta posisinya. Mungkin lagu pelagi-pelangi alangkah indahmu itu tidak akan pernah ada liriknya. Dan aku tidak dapat membayangkan jika pelangi itu hanya memiliki satu macam warna, mungkin semua orang tidak akan memberikan penilaian dan pengakuan bahwa pelangi itu indah.

Saya bersyukur karena saya diciptakan dengan bentuk, rupa dan segalanya berbeda dengan si pembaca, anadaikata kita diciptakan dalam bentuk, rupa dan segala sesuatunya itu sama mungkin pernyataan wanita akan terbukti bahwa “semua pria itu sama”.

Bagi umat Islam Salam serta sholawat kita haturkan kepada baginda Nabi Muhammad saw. Beliaulah seorang manusia mulia yang mengajarkan kita bagaimana perbedaan itu di rangkai menjadi indah dengan Rahmatan Lil ‘Alamiin, tanpa mengusik setiap keyakinan yang dimiliki. Maka jangan khawatir imanmu akan terusik dengan Toleransi, ataupun dengan kehadiran toleransi antar umat beragama.

Tulisan ini telah lama dalam benak saya namun baru sekarang mampu tertuang dalam tulisan yang nyata.. Latar belakang munculnya tulisan ini adalah ketika terjadi peristiwa yang besar yaitu, pembantaian umat muslim di Selandia Baru yang dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab. Namun saya menilai bahwa orang tersebut pada dasarnya tidaklah beragama, karena yang saya ketahui semua agama mengajarkan kedamaian, mengajarkan kasih sayang dan melarang menyakiti apalagi melakukan suatu tindakan yang dapat menghilangkan nyawa orang lain.

Di dunia saat ini memang memiliki penyakit yang luar biasa bagaikan virus yang siap menyerang siapa saja, yaitu dokrin yang mengharuskan seseorang untuk menyakiti ataupun membunuh orang lain dengan mengatasnamakan agama.

Islam merupakan agama yang sering menjadi sorotan dunia, Islam sering kali diidentikkan dengan teroris, dan ajaran Islam pun mendapat justifikasi sebagai ajaran teroris, tentu ini adalah korban dari segelintir oknum yang melakukan tindakan yang tidak bertanggung jawab dengan mengatas namakan agama Islam. Dari catatan sejarah kita sama-sama ketahui bahwa, penyebaran informasi negatif tentang islam telah lama tersebar, namun awal puncak dari penggiringan opini ini ketika terjadi pengeboman gedung kembar di negara Amerika Serikat, lalu muncul organisasi ISIS yang mengatas namakan Islam. Lalu menyusullah pengeboman di Bali, serta banyak kejadian bom bunuh diri di pusat-pusat keramaian, bahkan di rumah-rumah ibadah, dan masih banyak lagi peristiwa lainnya.

Dengan berbagai peristiwa, Lalu muncullah berbagai media yang mengkemas kejadian-kejadian itu dengan membingkai bahwa seolah-olah Islam adalah ajaran yang sangat Radaikal. Hingga muncullah opini di masyarakat bahwa Islam adalah agama yang radikal, agama yang mengajarkan kekerasan. Namaun saya sama sekali tidak menyalahkan orang-orang yang menilai Negatif tentang Islam, karena itulah yang telah dijajakan kepada mereka, dan maintsed itu terbentuk karena tidak memahami lebih dalam tentang Islam, tetapi dalam hal ini yang perlu diberikan perhatian khusus adalah bagaimana untuk melawan orang-orang penggiring opini tersebut.

Dengan kejadian di Selandia Baru, muncullah simpatisan dan empatik dari berbagai elemen di dunia baik sesama agama maupun lintas agama. Bahkan mereka bergandengan tangan untuk mengelilingi rumah ibadah umat Islam sebagai bentuk penjagaan kepada umat Islam yang sedang beribadah. Muncullah pujian dan kekaguman terhadap keindahan itu. Dan kita telah mengakui gerakan itu menimbulkan rasa kedaiaman, bahkan begitu terharunya saya hingga mengeluarkan airmata menyaksikan keindahan dan kedamaian itu.

Lalu kemudian yang menjadi pertanyaan dalam benak saya, di negara saya banyak yang seiman denganku begitu memuji mereka yang tidak seiman ketika menjaga rumah ibadah Islam, namun menghina, mengkafirkan bahkan sangat tidak rela jika Islam menjaga rumah ibdaha mereka yang tidak seiman..ada apa.?

Ah,..sungguh dirimu sangat egois... Harusnya mereka juga memuji mereka, paling tidak anda memberikan support walaupun kutahu mereka tidak membutuhkan pujian itu. Jika itu tidak mampu engkau lakukan setidaknya janganlah menghina mereka, karena di hadapan Tuhan dirimu belum tentu lebih baik dari yang engkau hina.

Saya sangat berterimah kasih kepadamu wahai sodara-sodaraku yang menjunjung tinggi nilai toleransi dan humanisme yang meluangkan waktu untuk menjaga rumah ibadah agama lain tanpa mengabaikan tanggung jawab dan kewajibanmu bahkan ada diantara engkau yang rela mengorbankan nyawa. Dengan begitu kita mampu menepis opini bahwa Islam adalah agama yang radikal, maka jika kita menepis opini negatif tentang Islam itu dengan cara kemarahan maka sesungguhnya engkau tidak membela Islam tetapi justru menghancurkan Islam itu sendiri, agama mengajarkan agar tidak membalas kemungkaran dengan menciptakan kemungkaran yang baru, bagaimana mungkin engkau mengatas namakan agama sedangkan yang engkau lakukan bertentangan dengan ajaran agama.

Bukankah Islam mengajarkan untuk menghadapi probelmatika atau kemungkaran dengan kasih sayang, pikiran yang jernih dan hati yang tenang nan damai.? Karena susungguhnya penggiringan opini dilakukan oleh orang yang tidak bertanggung jawab dengan tindakan maka, untuk menepis penggiringan opini tersebut tentunya dengan pembuktian melalui tindakan pula bukan dengan berkoar-koar tanpa tindakan pembuktian. Karena dengan ucapan saja tidak akan mampu memberikan sebuah pembuktian, perlu adanya penyingkronan dengan perbuatan. Dan karena lisan itu jauh lebih rentan terhadap kebohongan dan kemunafikan.

Banyak yang memberikan pertanyaan bahwa mengapa orang-orang tersebut tidak menjaga masjid saja.?
Mengapa harus menjaga gereja atau rumah ibadah lainnya.?
Maka dengan melalui tulisan ini saya mencoba untuk memberikan jawaban namun sebelum itu saya mengajukan pertanyaan, untuk apa menjaga masjid.?
Dan mungkin jawaban di benak anda agar tidak terjadi pembantaian umat muslim. Namun Bukankah kita adalah mayoritas di negara ini.? dan bukankah yang mayoritaslah yang harus memberikan keamanan, kedamaian kepada mereka yang minoritas silahkan bergumam dalam hati atas jawaban anda. Dan mungkin akan muncul pertanyaan baru dalam hati anda, jika kita memberikan keamanan, dan kedamaian lalu bagaimana dengan mereka yang tdk menghargai, atau mengusik kami yang mayoritas.? Dan pertanyaan ini kerap saya jumpai dari berbagai diskusi-diskusi kecil bersama kawan-kawan sambil minum kopi.

Maka saya mencoba untuk menjawabnya, jika itu memang ada maka itu hanya perbuatan segelintir oknum yang tidak bertanggung jawab yang mengatas namakan agama mereka, dan agama itu memiliki posisi seperti agama kita yaitu korban dari oknum yang mengatasnamkan agama namun tidak sejalan dengan ajaran agama.

Jangan memberikan nilai rendah terhadap tumpukan emas dan berlian hanya karena hadirya beberapa butiran kerikil di antara tumpukan emas dan berlian itu. Tetapi berilah nilai yang tinggi kepada tumpukan kerikil yang di dalamnya hanya terdapat beberapa butiran emas dan berlian.

Maka Mari kita lihat, opini yang terlebih dahulu tergiring adalah “agama Islam sebagai agama yang radikal”. Inilah yang perlu di tepis karena opini ini yang tergiring maka, orang lainpun akan membenci Islam yang dampaknya berujung pada kekerasan dan pembantaian. Dengan menjaga gereja ataupun rumah ibadah yang lain, akan memberikan pembuktian bahwa Islam adalah agama yang mengajarkan kedamaian, menerima kehadiran toleransi yang dapat memberikan kenyamanan keamanan.

Dan ini merupakan salah satu metode dakwah yaitu Dakwah Bil Al-Hal, dan masih banyak metode dakwah yang merujuk pada dakwah yang Rahmatan lil a’alamiin yaitu dakwah tanpa kekerasan, dan dakwah tanpa tekanan.

Lalu banyak yang mengatakan bahwa mereka yang menjaga geraja adalah kafir. Sayapun balik bertanya bahwa, apakah ukuran kafir bagi umat Islam itu adalah ketika menjaga rumah ibadah agama lain.?
Maka mungkin sebaiknya duduklah bersama sambil minum kopi dan berbincang-bincang tentang hal tersebut.

Maka marilah kita beranjak sejenak dari lingkungan kita selama ini, dan carilah tempat atau lingkungan yang memiliki nilai toleransi tinggi maka engkau akan menemukan keindahan didalamnya yang selama ini belum pernah engkau dapatkan. Mungkin diri kita belum pernah ngopi  bersama dengan sodara-sodara kita yang berbeda keyakinan, atau mungkin diri kita terlalu tercekoki dengan dokrin yang selalu menganggap diri kitalah yang paling benar atau hanya yang kita ketahuilah yang paling benar sehingga kita menolak kebenaran yang lain.

Namun apakah membenci orang lain adalah benar.?
Apakah memberikan justifikasi adalah benar.?
Ataukah melakukan kekerasan bahkan membunuh adalah hal yang benar.?

Banyak orang diluar sana yang beragama namun terkadang keliru dalam memahami Agamanya mungkin juga saya berada di dalamnya. sehingga mereka menjadikan sepenggalan dalil ataupun ayat dalam agamanya sebagai acuannya beragama dan bertindak tanpa ingin mengetahui dalil yang lain. Dan sesungguhnya ini sangat rentan terhadap kekeliruan dalam memahami agama, apalagi jika dalam hidupnya menjadikan sepenggalan ayat atau dalil yang berbau kekerasan sebagai acuan, maka sangat memungkinkan bagi dirinya untuk melakukan tindakan yang berujung pada dehumanisme terhadap orang-orang yang tidak sepaham ataupun sejalan dengannya.

Saya sangat salut dengan mereka yang menjaga gereja ataupun rumah ibadah yang lainnya, karena dengan begitu mereka adalah orang yang luar biasa yang memiliki keimanan diatas rata-rata.

Saya akan memberikan sebuah teori, semoga dapat bermanfaat. “Maka hiduplah engkau bagaikan ikan yang hidup di air asin (laut) maka bagaimanapun perubahan air asin itu atau bahkan seasin apapun air laut engkau tidak akan menjadi ikan yang asin, tetapi jika dirimu hidup bagaikan ikan yang mati maka serendah apapun kadar keasinan air laut maka engkau akan menjadi ikan yang asin”.

Jika engkau memandang dari sisi negatif maka sepositif apapun itu tetap engkau akan mengatakan bahwa itu adalah hal yang negatif. Namun engkaupun mengharapkan sesuatu yang positif terjadi. Maka pandanglah sesuatu itu dari sisi positif agar engkau terbiasa dengan hal yang positif, akan tetapi bukan berarti tidak memandang hal yang negatif, karena manusia butuh pertimbangan, perbandingan dan pembelajaran untuk menjadi lebih baik.

Di bagian akhir ini saya akan mengutip pendapat al- Qardhawi tentang peradaban Islam, agar kita sama-sama mengetahui bahwa menjaga toleransi dan keseimbangan itu bagian dari peradaban Islam. Menurut al-Qardhawi ciri peradaban Islam yang utama yaitu:
“Adanya keseimbangan antara Ketuhanan dan Kemanusiaan atau sering kita kenal dengan hablumminallah dan hablumminannas, antara wahyu dan akal, rohani dan materi, akhirat dan Duniawi, individual dan kolektif, ide dan realitas, konserfatisme dan futurisme, tanggung jawab dan liberalisasi, antara ortodoksi dan kreativitas, antara hak dan kewajiban, memandang mulia dan toleransi. Saling menyempurnakan antara satu ajaran dengan ajaran yang lainnya, seperti antara iman dan ilmu tidak akan cukup, dan ilmu tanpa iman tidak akan berguna”.

Saya hanyalah manusia yang fakir akan ilmu dan pengetahuan, sekiranya ada kekeliruan dan kekurangan dalam tulisan ini mohon kritikan dan masukannya di kolom komentar agar kedepannya saya dapat jadikan sebagai bahan pertimbangan, perbaikan dan pembelajaran.
Tulisan ini akan tetap mengalami perubahan, tambahan maupun pengurangan kalimat. Mohon maaf jika ada pihak yang merasa tidak nyaman dengan tulisan ini. Wassalamu alaikum warohmatullahi barokatuh. Salam sejahtera bagi kita semua, semoga kita tetap selalu dalam lindungan Tuhan yang Maha Esa.


 

Pict ini hanyalah pemanis yang diambil ketika usai wawancara dengan Ibu Alfrida (Ketua Majelis Agama Kristen Protestan Desa Bambadaru). Untuk keperluan dekomentasi Skripsi 2017 silam. Dengan judul “Penerapan Dakwah Antar Agama”.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

strategi pemasaran kesehatan

manajemen strategi korporasi

Monster Amfibi