Rahasia Penduduk Desa

Rahasia di balik pedesaan


Ketika senja telah menampakkan senyumnya..
Keindahan sinarnya menghiasi langit...
Angin berhembus dengan sepoi, membuat dedaunan menari gemulai..
Padi dengan kuning menunduknya tersayup dengan hembusan angin..
Di iramai dengan kicauan burung.
Ku lihat di pojok sana, nampak seseorang dengan semangat mengayunkan cangkulnya.
Tubuhnya terlihat mengkilat dengan cucuran keringat.
Yaaa....dia di bawah sang mentari tanpa sehelai benang melindungi tubuhnya dari sinar sengatan mentari..tubuhnya yang tak lagi kekar seperti dulu kala.
Kadang dia duduk di bawah pohon, dengan menikmati sebatang rokok, mungkin karna dia letih.

Tak lama kemudian diapun berteriak..
Naaak..sini..
Akupun mengampirinya..
Tak kusangka ternyata dia menawarkanku buah kelapa.
Diapun memanjatnya dengan penuh pertarungan mahluk lain. Yaaa....mahluk itu adalah sang semut.
Kamipun meminum air kelapa di bawah pohon pinggiran sawah.
Di sela" bibirnya yang sedang di kubuhi asap kretek..dia memulai percakapan.
Ternyata pembahasan itu sangatlah mendalam bagiku..
Yah...mungkin ini berbeda dengan ilmu yang aku dapatkan di bangku sekolah dan perkuliahan.
Tapi aku sedikit paham kemana arah pembahasan itu.
Di perkenalkannyalah Tarekat dan filsafat Desa.
Yang memadukan pengetahuan, ilmu, filsafat, dengan siklus kehidulan dipedesaan..
Dalam benakku masih memiliki tanda tanya dengan pertanyaannya.
Naaak..yg di maksud kelapa itu yg mana.?
Apakah buahnya.?
Batangnya.?
Pelapahnya.?
Atau apanya.?
Akupun terdiam..
Akhirnya dia memberikan sedikit pemaparan.
Lalu diapun melanjutkan dengan Filsafat tanah, Air, Angin dan Api.
Naak..sifat Tanah itu apa.? Dan di mana letaknya pada diri manusia.
Naak..sifat Air itu apa.? Dan dimana letaknya pada diri manusia.
Naak..sifat dari angin itu apa.? Dan letaknya pada diri manusia itu dimana.?
Naak..sifat api itu apa.? Dan dimana letaknya pada diri manusia.
Pertanyaan demi pertanyaan di ajukan. Membuat saya semakin bingung.
Tak selesai pembahasan akhirnya kamipun beranjak pulang karena sangentari sudah tersipu malau pada ratu kegelapan.
Setelah malam tiba...ba'da magrib. Di bawah atap rumah gubuk, terdengar sebuah percakapan yang di antara cahaya lampu kaleng. Rupanya ada beberapa orang, kurang lebih 8 orang, ternyata pembelah kesunyian dan gelap itu adalah pembahasan tentang hakikat, tarekat, dan filsafat Desa.
Malam semakin larut diskusi mereka pun semakin memuncak, dengan asap dan secangkor kopi. Sekitar pukul 01.15 waktu setempat. Merekapun beranjak pulang untuk istirahat.
Ke esokan harinya, ku dengar dengat sayup suara keramaian penduduk desa, ku mengintip di balik dindik kamar, seketika itu pula aku tersentak heran..
Ada apa.? Tidak seperti biasanya...
Ternyata para penduduk desa itu berkumpul untuk membantu salah satu penduduk desa. Yaaa..dalam bahasa makassarnya adalah AKKIO' dengan pengertiannya memanggil, saling manggil untuk saling membantu satu sama lain.
Dalam perjalananku hidup di desa, pelajaran tarekat, hakikat, dan tasawwuf desa sangat lah beda dengan perkotaan.
Mungkin jika di perkotaan di balik modernisasi sangat di landasi dengan literasi-literasi, buku kajian-kajian, seminar, ataupun di sebuah bangku pendidikan.
Akan tetapi di pedesaan kajian-kajian filsafat sangat tertutup, dan sangat sedikit yang memakai literasi buku.
Mereka mendapatkan lebih kepada kajian turun temurun dari nenek moyang yang di integrasikan dengan agama, kearifan lokal, budaya, adat istiadat dan aktualisasi dalam kehidupan.
Inilah sisi lain perbedaan tentang aktualisasi tarekat desa dengan tarekat kota, filsafat desa dengan filsafat kota. Dan hakikat pedesaan dengan hakikat perkotaan.
Dalam dunia pedesaan akhlaklah yang memiliki nilai norma tertinggi.

Ini yang menjadikan orang pedesaan memiliki kekentalan kerifan lokal.

Maka salah satu inti dari pembahasan tarekat, hakikat, filsafat desa adalah...








Bersambung.....
Ilham. Ahad 07 oktober 2018.
Pukul 00.19 Wita



Komentar

Postingan populer dari blog ini

strategi pemasaran kesehatan

manajemen strategi korporasi

Monster Amfibi